Hidden like artinya adalah fitur di Instagram yang memungkinkan pengguna menyembunyikan jumlah suka (likes) pada postingan mereka dari pandangan publik, namun tetap bisa melihatnya secara pribadi. Fitur ini diperkenalkan untuk mengurangi tekanan sosial dan kompetisi di platform, mendorong fokus pada kualitas konten dan kesehatan mental pengguna. Artikel ini terakhir diperbarui: Mei 2024
Pernahkah Anda merasa cemas atau tertekan saat mengunggah foto atau video di Instagram, hanya karena memikirkan berapa banyak ‘like’ yang akan didapatkan? Atau mungkin Anda melihat postingan teman dengan ribuan ‘like’ dan merasa konten Anda kurang berharga? Fenomena ini, yang akrab disebut ‘FOMO’ (Fear of Missing Out) atau ‘perbandingan sosial’, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman media sosial kita.
Nah, di sinilah fitur ‘hidden like’ hadir sebagai angin segar. Instagram, sebagai salah satu platform media sosial terbesar, menyadari dampak negatif dari obsesi terhadap jumlah ‘like’ ini. Mereka mengambil langkah berani untuk mengubah dinamika tersebut, bukan dengan menghapus ‘like’ sepenuhnya, melainkan dengan memberikan kendali kepada pengguna untuk menyembunyikannya. Ini adalah langkah krusial yang membentuk ulang cara kita berinteraksi di dunia maya, terutama di tahun 2025 ini di mana kesehatan digital semakin menjadi prioritas.
1. Definisi Mendalam & Konteks “Hidden Like” di Instagram
Secara harfiah, kata “hidden” dalam bahasa Inggris berarti “tersembunyi” atau “tidak terlihat”. Seperti yang dijelaskan oleh Liputan6.com, “hidden” sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak dapat ditemukan atau dilihat dengan mudah, seperti “hidden cameras” (kamera tersembunyi) atau “hidden meanings” (makna tersembunyi). Jadi, ketika kita berbicara tentang “hidden like”, kita merujuk pada jumlah “like” yang disembunyikan atau tidak ditampilkan secara publik di platform Instagram.
Dalam konteks Instagram, fitur “hidden like” berarti bahwa jumlah total suka yang diterima sebuah postingan tidak akan terlihat oleh pengguna lain di feed mereka. Alih-alih menampilkan angka spesifik seperti “1.234 likes”, Anda akan melihat frasa seperti “Disukai oleh [nama pengguna] dan lainnya”. Namun, penting untuk dicatat bahwa pemilik postingan itu sendiri masih bisa melihat jumlah ‘like’ yang mereka dapatkan dengan mengetuk daftar orang yang menyukai postingan tersebut. Ini bukan penghapusan total, melainkan sebuah opsi privasi yang signifikan.
Sejarah Singkat dan Evolusi Fitur
Ide untuk menyembunyikan jumlah ‘like’ bukanlah hal baru. Instagram pertama kali mengumumkan uji coba fitur “hidden like” pada pertengahan Juli 2019, dimulai dengan pengguna di Kanada sebagai “kelinci percobaan”, seperti yang dilaporkan oleh Kompasiana.com. Uji coba ini kemudian diperluas ke beberapa negara lain, termasuk Irlandia, Italia, Jepang, Brasil, Australia, dan Selandia Baru. Tujuannya saat itu sudah jelas: “Kami ingin teman-teman Anda fokus pada foto dan video yang Anda bagikan, bukan berapa banyak suka yang mereka peroleh,” demikian pernyataan resmi Instagram melalui akun Twitter mereka, yang dikutip oleh Kompasiana.
Setelah fase uji coba yang cukup panjang dan mengumpulkan berbagai masukan, Instagram akhirnya merilis resmi fitur untuk menyembunyikan jumlah ‘likes’ secara global pada tahun 2021. CNBC Indonesia dan Tekno Kompas mengonfirmasi peluncuran ini, menegaskan bahwa fitur ini hadir sebagai pilihan bagi pengguna, bukan sesuatu yang wajib. Ini menunjukkan pendekatan yang lebih fleksibel dari Instagram, mengakomodasi preferensi beragam penggunanya.
Konteks 2025: Mengapa “Hidden Like” Tetap Relevan?
Di tahun 2025, di mana isu kesehatan mental dan kesejahteraan digital semakin menjadi sorotan utama, fitur “hidden like” tetap sangat relevan. Tekanan untuk tampil sempurna dan mengejar validasi melalui angka ‘like’ masih menjadi tantangan besar bagi banyak pengguna, terutama generasi muda. Fitur ini menawarkan “ruang bernapas” bagi individu untuk lebih fokus pada ekspresi diri yang autentik dan koneksi yang bermakna, alih-alih terjebak dalam perlombaan popularitas yang tidak sehat.
Selain itu, bagi merek dan kreator konten, “hidden like” mendorong pergeseran fokus dari metrik kesombongan (vanity metrics) menuju metrik yang lebih substansial seperti engagement yang mendalam, komentar, saves, dan shares. Ini memaksa ekosistem Instagram untuk menjadi lebih matang dan berorientasi pada nilai, bukan hanya angka. Jadi, “hidden like” bukan sekadar fitur, melainkan cerminan dari evolusi kesadaran kolektif tentang dampak media sosial pada psikologi manusia.
2. Mengapa Instagram Menyembunyikan Jumlah Like? Alasan di Balik Kebijakan Kontroversial
Keputusan Instagram untuk menyembunyikan jumlah ‘like’ adalah salah satu perubahan paling signifikan dalam sejarah platform tersebut, dan tentu saja memicu banyak perdebatan. Namun, alasan utamanya berakar pada isu yang sangat penting: kesehatan mental pengguna.
Fokus pada Kesehatan Mental dan Kesejahteraan Pengguna
Adam Mosseri, selaku Head of Instagram, berulang kali menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan sosial dan kecemasan yang dialami pengguna. Seperti yang dikutip oleh Kumparan.com, Mosseri menyatakan bahwa “kebijakan ini adalah untuk membuat pengguna Instagram tidak lagi merasa berkompetisi untuk mengejar like, sehingga dapat mencegah rasa cemas.” Senada dengan itu, CNBC Indonesia juga melaporkan bahwa Mosseri menjelaskan, “Idenya mencoba dan menurunkan tekanan Instagram, menjadikannya bukan kompetisi, memberi orang lebih banyak ruang berfokus terhubung dengan orang tercinta, hal-hal yang menginspirasi mereka. Tapi ini benar-benar berfokus pada kaum muda.”

Dalam pengalaman saya sebagai content writer yang mengamati tren media sosial selama lebih dari satu dekade, saya melihat langsung bagaimana tekanan untuk mendapatkan ‘like’ bisa memengaruhi kepercayaan diri dan bahkan memicu gangguan mental, terutama pada remaja. Data dari Digimind.id menunjukkan bahwa “pertarungan untuk mendapatkan ‘cukup banyak like’ bisa berdampak buruk pada pikiran anak muda.” Bahkan, 51% remaja perempuan dan wanita berusia antara 11 dan 21 berharap mereka terlihat lebih serupa dengan perempuan yang mereka lihat di media, yang seringkali memicu perbandingan tidak sehat.
Mengurangi Kompetisi Tidak Sehat dan Obsesi Angka
Selain kesehatan mental, Instagram juga beralasan bahwa fitur ini dapat mengurangi kompetisi yang tidak sehat di platform. Tekno Kompas menjelaskan bahwa “Tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat kecemasan dan mengurangi komparasi sosial.” Banyak pengguna, termasuk merek dan influencer, terobsesi dengan angka ‘like’ sebagai indikator popularitas atau keberhasilan. Ini seringkali mendorong mereka untuk mengupayakan segala cara agar kontennya menarik perhatian dan bisa mendapat banyak ‘like’, terkadang mengorbankan kualitas atau autentisitas.
Nadia Hutagalung, seorang influencer terkemuka di Indonesia, setuju dengan kebijakan ini. Menurut Kumparan.com, Nadia berpendapat bahwa “menyembunyikan jumlah like juga dapat mengembalikan moralitas influencer di Instagram.” Ia merasa bahwa selama ini influencer terlalu banyak memikirkan cara mendapatkan ‘like’ tinggi, melupakan konten macam apa yang sebetulnya mereka nikmati. Ini adalah insight yang menarik, menunjukkan bahwa perubahan ini bisa mendorong kreator untuk kembali ke “kompas moral” mereka dan fokus pada konten yang mendidik atau bermakna.
Mendorong Fokus pada Kualitas Konten dan Koneksi Autentik
Dengan disembunyikannya jumlah ‘like’, Instagram berharap pengguna akan lebih fokus pada kualitas foto dan video yang mereka bagikan, serta interaksi yang lebih bermakna. Digimind.id menyoroti bahwa “Instagram menyembunyikan like sehingga kreator akan dipaksa untuk fokus memberikan konten yang sungguh-sungguh berkualitas.” Ini berarti, alih-alih memposting sesuatu hanya karena berpotensi viral, pengguna akan didorong untuk berbagi hal-hal yang benar-benar mereka sukai atau yang relevan dengan audiens mereka.
Perubahan ini juga “menyingkirkan siapa pun yang mencoba menipu sistem dengan membeli like sehingga integritas merek dan konten menjadi lebih baik,” menurut Digimind. Ini adalah langkah positif untuk menciptakan lingkungan yang lebih jujur dan autentik di platform, di mana nilai sejati dari konten dan koneksi yang dibangun menjadi prioritas utama.
3. Cara Kerja Fitur Sembunyikan Like di Instagram: Panduan Praktis
Meskipun jumlah ‘like’ disembunyikan dari pandangan publik, Anda sebagai pemilik akun atau pengunggah konten masih bisa melihatnya. Ini adalah poin penting yang sering disalahpahami. Instagram tidak menghapus data ‘like’, hanya mengubah tampilannya. Jadi, bagaimana sebenarnya fitur ini bekerja dan bagaimana Anda bisa mengelolanya?
Tampilan “Hidden Like” di Feed Pengguna Lain
Ketika fitur “hidden like” aktif, postingan Anda yang dilihat oleh pengguna lain tidak akan menampilkan angka spesifik. Sebagai gantinya, mereka akan melihat format seperti “Disukai oleh [nama pengguna teman Anda] dan lainnya”. Frasa “…dan lainnya” ini adalah indikator visual bahwa jumlah ‘like’ pada postingan tersebut disembunyikan. Digimind.id juga menunjukkan contoh tampilan ini, di mana “… dan lainnya” yang misterius muncul di akhir postingan.
Namun, seperti yang dijelaskan oleh Jane Manchun Wong, seorang peneliti aplikasi yang dikutip Digimind.id, “Orang yang mempostingnya masih [bisa melihat jumlah like pada post tersebut], tetapi seperti yang dijelaskan oleh aplikasi, ‘kami ingin pengikut kamu fokus pada apa yang kamu bagikan, bukan seberapa banyak jumlah like posting kamu.'”
Cara Mengelola Fitur Sembunyikan Jumlah Likes di Instagram
Instagram memberikan fleksibilitas kepada pengguna untuk mengelola fitur ini, baik untuk semua postingan, postingan baru, maupun postingan lama. Berikut adalah langkah-langkah praktisnya:
Langkah 1: Menyembunyikan Likes IG di Pengaturan Akun (Berlaku untuk Semua Postingan Baru)
Ini adalah cara paling umum untuk mengaktifkan fitur “hidden like” secara default untuk semua postingan yang akan Anda unggah di masa mendatang. Anda bisa melakukannya melalui aplikasi di HP atau melalui website Instagram.
Melalui Aplikasi HP:
- Buka aplikasi Instagram di smartphone Anda.
- Klik ikon profil Anda di kanan bawah layar.
- Pilih ikon tiga garis horizontal di kanan atas untuk membuka menu.
- Pilih “Settings” atau “Pengaturan”.
- Klik “Privacy” yang memiliki logo gembok.
- Pilih “Posts” atau “Unggahan”.
- Di laman tersebut, Anda akan menemukan opsi “Hide Likes and Views” atau “Sembunyikan Suka dan Tayangan”. Aktifkan mode ini.
Setelah ini diaktifkan, semua postingan baru yang Anda unggah akan secara otomatis menyembunyikan jumlah ‘like’ dari publik. Ini adalah cara yang efisien jika Anda ingin menerapkan kebijakan ini secara konsisten.

Melalui Website Instagram:
- Kunjungi Instagram.com di browser web Anda.
- Login ke akun Anda.
- Klik ikon “More” (tiga titik horizontal) di sisi kiri bawah.
- Pilih “Settings” atau “Pengaturan”.
- Klik “Privacy and Security” di sisi kiri.
- Gulir ke bawah sampai menemukan “Posts” atau “Unggahan”.
- Aktifkan opsi “Hide Likes and Views”.
Prosesnya serupa dengan di aplikasi, memberikan fleksibilitas bagi pengguna yang lebih sering mengakses Instagram melalui desktop.
Langkah 2: Menyembunyikan Likes Sebelum Mengunggah Konten Baru
Jika Anda ingin menyembunyikan ‘like’ hanya untuk postingan tertentu yang akan diunggah, Anda bisa melakukannya secara manual saat proses upload. Ini berguna jika Anda memiliki strategi konten yang bervariasi.
- Klik ikon “+” seperti biasa untuk mengunggah konten baru.
- Pilih foto/video yang ingin Anda unggah, lalu lanjutkan ke tahap penulisan caption.
- Gulir layar ke bawah sampai menemukan tulisan “Advanced Settings” atau “Pengaturan Lanjutan”.
- Aktifkan mode “Hide likes and view counts on this post” atau “Sembunyikan jumlah suka dan tayangan pada postingan ini”.
Dengan cara ini, Anda memiliki kontrol granular atas setiap postingan, memungkinkan Anda memutuskan mana yang akan menampilkan ‘like’ dan mana yang tidak.
Langkah 3: Menyembunyikan Likes untuk Konten yang Sudah Diunggah
Bagaimana jika Anda ingin menyembunyikan ‘like’ pada postingan lama yang sudah terlanjur diunggah? Instagram juga menyediakan opsi untuk ini, meskipun harus dilakukan satu per satu.
- Pilih salah satu konten yang sudah diunggah di laman “Profile” Anda.
- Pilih ikon titik tiga di atas konten tersebut (biasanya di kanan atas postingan).
- Klik “Hide like count” atau “Sembunyikan jumlah suka”.
Setelah fitur ini aktif, jumlah ‘like’ akan langsung berubah tampilannya. Misalnya, dari “Disukai oleh teknokompas dan 100 lainnya” menjadi “teknokompas dan lainnya”. Untuk menonaktifkan fitur ini, Anda tinggal mengikuti langkah-langkah di atas dan pilih “Unhide like count” atau “Tampilkan jumlah suka”.
Fleksibilitas ini menunjukkan komitmen Instagram untuk memberikan kendali lebih besar kepada penggunanya, sejalan dengan tren privasi dan kesejahteraan digital yang terus berkembang di tahun 2025. Ini juga memungkinkan merek dan individu untuk bereksperimen dengan strategi konten mereka tanpa harus sepenuhnya meninggalkan metrik ‘like’ jika mereka masih menganggapnya relevan untuk analisis internal.
4. Manfaat & Keuntungan “Hidden Like”: Lebih dari Sekadar Angka
Keputusan Instagram untuk memperkenalkan fitur “hidden like” bukanlah tanpa alasan kuat. Ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari perubahan ini, baik bagi pengguna individu, kreator konten, maupun merek. Ini adalah langkah progresif yang mendorong ekosistem media sosial ke arah yang lebih sehat dan produktif.
A. Meningkatkan Kesehatan Mental dan Mengurangi Tekanan Sosial
Ini adalah alasan utama dan paling sering disebut oleh Instagram sendiri. Dengan menyembunyikan jumlah ‘like’, tekanan untuk mendapatkan validasi eksternal berkurang drastis. Pengguna tidak lagi merasa harus berkompetisi atau membandingkan diri dengan orang lain berdasarkan angka ‘like’ semata. Nadia Hutagalung, seorang influencer, bahkan menyebutnya “sangat penting buat kesehatan mental,” seperti yang dilaporkan Kumparan.com. Ia berpendapat bahwa ini dapat mengurangi “gangguan mental anak-anak muda pengguna Instagram” yang cemas dalam krisis lingkungan dan masalah lainnya.
Dalam pengalaman saya mengamati perilaku pengguna media sosial, obsesi terhadap ‘like’ seringkali memicu kecemasan, depresi, dan bahkan masalah citra diri. Fitur ini memungkinkan individu untuk lebih fokus pada ekspresi diri yang autentik, berbagi momen yang benar-benar mereka hargai, dan berinteraksi dengan teman dan keluarga tanpa beban angka. Ini adalah langkah besar menuju lingkungan digital yang lebih positif dan mendukung.
B. Mendorong Kualitas Konten dan Autentisitas
Ketika jumlah ‘like’ tidak lagi menjadi fokus utama, kreator konten dan merek didorong untuk menghasilkan konten yang benar-benar berkualitas dan bermakna. Digimind.id menjelaskan bahwa “kreator akan dipaksa untuk fokus memberikan konten yang sungguh-sungguh berkualitas.” Ini berarti konten yang dibuat bukan hanya untuk mengejar ‘like’ atau viralitas sesaat, melainkan untuk memberikan nilai, menginspirasi, atau menghibur audiens secara lebih mendalam.
Nadia Hutagalung juga berpendapat bahwa “menyembunyikan jumlah like juga dapat mengembalikan moralitas influencer di Instagram.” Ia percaya bahwa influencer akan “kembali lagi ke kompas moral mereka dan memikirkan kembali apa yang mereka pedulikan daripada cuma buat likes-nya doang.” Ini bisa berarti kita akan melihat lebih banyak konten edukatif, inspiratif, atau yang mendorong diskusi sehat, alih-alih hanya konten yang sensasional atau sekadar mengikuti tren demi ‘like’.

C. Mengurangi Fokus pada Vanity Metrics
Bagi banyak individu dan merek, jumlah ‘like’ di postingan Instagram hanyalah “suatu angka yang harus dicapai untuk mengalahkan orang lain,” demikian Digimind.id. Ini adalah contoh klasik dari vanity metrics – metrik yang terlihat bagus di permukaan tetapi tidak selalu mencerminkan nilai bisnis atau dampak nyata. Dengan menyembunyikan ‘like’, pemasar dan kreator dipaksa untuk melihat melampaui angka-angka dangkal ini.
Sebagai gantinya, mereka akan lebih fokus pada metrik yang lebih substansial seperti tingkat pertumbuhan pengikut, engagement per pengikut (komentar, shares, saves), traffic website yang dihasilkan, jumlah klik tautan, dan jangkauan. Ini adalah metrik yang benar-benar menunjukkan seberapa efektif konten Anda dalam membangun komunitas, mendorong tindakan, atau mencapai tujuan bisnis. Stephanie Gottlieb, seorang bintang Instagram dan pengusaha, dengan tepat menyatakan: “Kamu masih bisa melihat jumlah like kamu sendiri, berarti kamu masih bisa menganalisis metrik kamu sendiri, yang sebenernya adalah semua yang perlu kamu ketahui.”
D. Mendorong Interaksi yang Lebih Bermakna
Ketika ‘like’ tidak lagi menjadi fokus, pengguna cenderung lebih berani untuk meninggalkan komentar, berbagi postingan, atau menyimpan konten yang mereka anggap berharga. Ini mendorong interaksi yang lebih dalam dan berkualitas. Alih-alih hanya memberikan ‘double tap’ cepat, pengguna mungkin akan meluangkan waktu untuk menuliskan pemikiran mereka atau menandai teman, menciptakan percakapan yang lebih kaya dan komunitas yang lebih erat. Ini adalah pergeseran dari konsumsi pasif ke partisipasi aktif, yang sangat penting untuk membangun hubungan jangka panjang di media sosial.
5. Dampak dan Tantangan “Hidden Like” bagi Ekosistem Instagram
Meskipun “hidden like” membawa banyak manfaat, implementasinya juga tidak lepas dari tantangan dan dampak yang perlu dipertimbangkan, terutama bagi mereka yang bergantung pada Instagram untuk tujuan profesional seperti influencer dan merek.
A. Tantangan bagi Influencer Marketing
Salah satu kekhawatiran terbesar datang dari komunitas influencer dan pemasar. Jumlah ‘like’ selama ini menjadi barometer utama untuk mengukur popularitas dan engagement sebuah postingan, yang sangat berguna bagi merek untuk menilai potensi kerja sama dengan influencer. Tanpa ‘like’ yang terlihat, “bisa-bisa mereka jadi sulit dikenali/diperhatikan bahwa hampir tidak mungkin untuk dikenali kecuali kamu memiliki koneksi yang baik,” demikian kekhawatiran yang diungkapkan Digimind.id.
Peter DeLuce, seorang seniman dengan lebih dari 10.000 pengikut, merasa bahwa “menghapus like di Instagram adalah berita buruk bagi artis yang baru naik daun” karena ‘like’ memberikan validasi pada pekerjaan mereka dan menarik perhatian. CNN Indonesia juga mencatat bahwa ada anggapan bahwa hal ini “bisa mengurangi kerja sama antara influencer dengan para mitra pemasang iklan.” Ini adalah tantangan nyata yang memaksa industri influencer untuk beradaptasi dan menemukan cara baru untuk menunjukkan nilai.
B. Potensi Pergeseran Platform dan Fokus Metrik Lain
Beberapa kritikus berpendapat bahwa “hidden like” bisa mendorong merek dan influencer untuk beralih ke platform lain yang masih menampilkan metrik popularitas secara terbuka. Digimind.id menyebut Snapchat dan Pinterest sebagai alternatif, bahkan mencatat bahwa Pinterest mendorong lebih banyak traffic daripada platform lainnya dan 90% pengguna mingguan Pinterest menggunakannya untuk membuat keputusan pembelian. Ini menunjukkan bahwa jika Instagram tidak menyediakan alternatif metrik yang memadai, migrasi bisa saja terjadi.
Selain itu, ada kekhawatiran bahwa “menyingkirkan jumlah like hanya akan mengubah fokus ke metrik curang lainnya, seperti jumlah pengikut,” seperti yang diutarakan oleh Digimind.id. Jika pemasar hanya beralih dari obsesi ‘like’ ke obsesi ‘follower count’ tanpa memahami metrik engagement yang lebih dalam, tujuan awal “hidden like” untuk mengurangi vanity metrics mungkin tidak tercapai sepenuhnya.
C. Hasil Uji Coba Awal yang Bervariasi
Selama masa uji coba, dampak “hidden like” pada jumlah ‘like’ yang diterima postingan menunjukkan hasil yang bervariasi. Riset HypeAuditor yang dikutip Digimind.id menemukan bahwa di negara-negara yang diujikan, jumlah ‘like’ influencer dengan 5.000-20.000 pengikut turun sebanyak 15%. Influencer di Brasil bahkan paling terkena dampaknya. Namun, menariknya, Jepang adalah satu-satunya negara yang menerima *lebih banyak* ‘like’, meskipun pertumbuhan ini hanya terbukti untuk influencer mikro (1.000-5.000 pengikut) dan influencer besar (100.000-1 juta pengikut).
Variasi hasil ini menunjukkan bahwa dampak “hidden like” tidak seragam dan mungkin dipengaruhi oleh faktor budaya atau perilaku pengguna di masing-masing wilayah. Ini juga mengindikasikan bahwa adaptasi terhadap perubahan ini memerlukan waktu dan strategi yang berbeda-beda.
6. Strategi Adaptasi untuk Pemasar dan Influencer di Era “Hidden Like”
Meskipun “hidden like” menghadirkan tantangan, ini juga merupakan peluang besar bagi pemasar dan influencer untuk berinovasi dan membangun strategi yang lebih kuat dan berkelanjutan. Kuncinya adalah beradaptasi dan mengubah cara pandang terhadap keberhasilan di media sosial.

A. Fokus pada Metrik Engagement yang Lebih Dalam
Ini adalah strategi paling krusial. Alih-alih terpaku pada jumlah ‘like’ yang terlihat, pemasar harus beralih ke metrik yang benar-benar mencerminkan interaksi dan dampak. Digimind.id merinci beberapa metrik penting yang harus dilacak:
Metrik | Deskripsi & Relevansi | Mengapa Penting |
---|---|---|
Tingkat Pertumbuhan Pengikut | Seberapa cepat jumlah pengikut Anda bertambah. | Menunjukkan daya tarik konten dan akun Anda secara keseluruhan. |
Engagement Per Pengikut | Jumlah komentar, simpanan (saves), dan bagikan (shares) per postingan dibagi jumlah pengikut. | Indikator sejati seberapa relevan dan berharga konten Anda bagi audiens. |
Traffic Website | Jumlah kunjungan ke website Anda dari Instagram. | Menunjukkan efektivitas Instagram dalam mengarahkan lalu lintas ke properti digital Anda. |
Jumlah Klik Tautan | Berapa kali tautan di bio atau Stories Anda diklik. | Mengukur seberapa baik Anda mendorong tindakan langsung dari audiens. |
Komentar per Post | Jumlah komentar yang diterima setiap postingan. | Menunjukkan tingkat percakapan dan koneksi yang dibangun. |
Engagement dari Story Instagram | Jumlah balasan, klik stiker, dan swipe-up di Stories. | Mengukur interaksi real-time dan minat audiens terhadap konten ephemeral. |
Jangkauan (Reach) | Jumlah akun unik yang melihat postingan Anda. | Menunjukkan potensi visibilitas konten Anda. |
Mae Karwowski, CEO Obviously, sebuah perusahaan marketing influencer, menegaskan bahwa “Jika kamu memiliki teknologi yang tepat, like yang tersembunyi tidak menjadi masalah. Pemasar influencer yang baik masih akan memiliki akses ke metrik-metrik itu bahkan jika mereka tersembunyi.” Ini berarti investasi pada alat analisis pihak ketiga seperti Socialbakers, Squarelovin, Hootsuite, dan Buffer menjadi semakin penting. Alat-alat ini memungkinkan pemasar untuk mendapatkan data mendalam tentang jangkauan, interaksi audiens, dan jenis postingan yang paling sukses, jauh melampaui sekadar jumlah ‘like’.
B. Investasi Lebih Banyak dalam Instagram Stories dan Video
Konten video dan Stories telah menjadi format yang sangat dominan di Instagram. Digimind.id mencatat bahwa “sekitar 500 juta orang menggunakan Instagram Stories setiap hari (setengah dari total pengguna di Instagram), dan 62% dari mereka menjadi lebih tertarik pada merek – atau produk dan layanannya – setelah mereka menonton Instagram Stories.” Ini adalah peluang emas.
Guy Avigdor, COO Klear, sebuah perusahaan marketing influencer, mengatakan bahwa “Banyak pemasar kini bergerak menuju posting Story yang disponsori di Instagram alih-alih posting tradisional sebagai cara untuk ‘mengukur dampak influencer dan mengurangi ketergantungan pada like.'” Stories menawarkan format yang lebih personal, interaktif, dan memungkinkan storytelling yang lebih kaya. Pemasar bisa menggunakan Stories untuk demo produk, ulasan, storytelling merek, obral diskon, momen di balik layar, hingga penargetan ulang pelanggan. Ini adalah cara yang efektif untuk membangun koneksi yang lebih dalam dan mendorong konversi, terlepas dari jumlah ‘like’ yang terlihat.
C. Prioritaskan Kualitas Konten dan Autentisitas
Pada akhirnya, “hidden like” memaksa semua pihak untuk kembali ke dasar: konten yang luar biasa. Merek dan influencer perlu membangun proses yang solid untuk mengidentifikasi dan menciptakan konten yang unik, membangun hubungan nyata dengan audiens, dan pada akhirnya, membuat pengikut melakukan konversi. Ini bukan lagi tentang kuantitas ‘like’, melainkan tentang kualitas interaksi dan dampak nyata yang dihasilkan.
Dalam pengalaman saya, konten yang autentik, relevan, dan memberikan nilai nyata akan selalu menang, terlepas dari perubahan algoritma atau fitur platform. Fokus pada penceritaan yang kuat, visual yang menarik, dan pesan yang jujur akan membangun loyalitas audiens yang jauh lebih berharga daripada sekadar angka ‘like’ yang tinggi. Ini adalah investasi jangka panjang dalam integritas merek dan hubungan dengan komunitas.
7. Tren & Prediksi Masa Depan “Hidden Like” di Media Sosial
Perubahan yang dibawa oleh “hidden like” di Instagram adalah cerminan dari tren yang lebih besar di industri media sosial. Apa yang bisa kita harapkan di masa depan terkait fitur ini dan dampaknya?
A. “Hidden Like” sebagai Opsi Standar, Bukan Wajib
Seperti yang dilaporkan oleh CNBC Indonesia, fitur “hidden like” di Instagram tampil sebagai pilihan, bukan sesuatu yang wajib. Ini adalah pendekatan yang cerdas, karena mengakui bahwa tidak semua pengguna memiliki kebutuhan atau preferensi yang sama. Beberapa mungkin masih ingin melihat jumlah ‘like’ untuk tujuan analisis atau sekadar rasa ingin tahu. Prediksi saya, di tahun 2025 dan seterusnya, model “opsional” ini akan menjadi standar bagi platform media sosial lainnya yang mempertimbangkan fitur serupa. Memberikan kendali kepada pengguna adalah kunci untuk menjaga kepuasan dan retensi.
B. Adopsi oleh Platform Media Sosial Lain
Instagram adalah pelopor dalam hal ini, tetapi ide untuk mengurangi tekanan sosial di media sosial bukanlah eksklusif untuk Instagram. CEO Twitter, Jack Dorsey, pernah memperkirakan bahwa nantinya pengguna bisa memilih algoritma peringkat feed dengan berbeda, yang mengindikasikan pergeseran ke arah personalisasi dan kontrol pengguna yang lebih besar. Facebook, sebagai induk Instagram, juga dilaporkan turut menyembunyikan kolom ‘like’ pada kiriman penggunanya di Australia selama masa uji coba, seperti yang disebutkan CNN Indonesia. Ini menunjukkan bahwa konsep “hidden like” bisa menjadi tren lintas platform, didorong oleh kesadaran akan kesehatan digital.
Saya memprediksi bahwa platform seperti TikTok, YouTube, atau bahkan LinkedIn mungkin akan mulai bereksperimen dengan cara-cara untuk mengurangi tekanan angka, mungkin dengan menyembunyikan jumlah tayangan, komentar, atau metrik lain yang bisa memicu perbandingan tidak sehat. Tujuannya tetap sama: menciptakan lingkungan yang lebih positif dan berfokus pada konten berkualitas.
C. Pergeseran Fokus Industri ke Metrik Kualitas dan ROI Nyata
“Hidden like” adalah katalisator yang mempercepat pergeseran fokus dari vanity metrics ke metrik yang lebih bermakna. Di masa depan, merek dan pemasar akan semakin menuntut bukti ROI (Return on Investment) yang konkret dari kampanye media sosial mereka, bukan hanya laporan jumlah ‘like’ atau ‘follower’. Ini berarti akan ada peningkatan permintaan untuk alat analisis yang lebih canggih, kemampuan pelacakan konversi yang lebih baik, dan strategi konten yang terintegrasi dengan tujuan bisnis yang jelas.

Peran influencer juga akan berevolusi. Mereka tidak hanya akan dinilai dari jumlah pengikut atau ‘like’, tetapi dari kemampuan mereka untuk mendorong engagement yang mendalam, menghasilkan leads, atau bahkan penjualan. Ini akan mendorong kolaborasi yang lebih strategis dan berbasis kinerja antara merek dan influencer, menciptakan ekosistem marketing yang lebih efisien dan transparan.
8. Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ) tentang “Hidden Like”
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Apa arti “hidden like” secara harfiah?
Secara harfiah, “hidden like” berarti “suka yang tersembunyi”. Dalam konteks Instagram, ini merujuk pada fitur di mana jumlah total suka (likes) pada sebuah postingan tidak ditampilkan secara publik kepada pengguna lain, melainkan hanya terlihat oleh pemilik postingan itu sendiri.
Apakah saya masih bisa melihat jumlah like saya sendiri jika fitur ini aktif?
Ya, Anda sebagai pemilik postingan masih bisa melihat jumlah total ‘like’ yang diterima postingan Anda. Fitur ini hanya menyembunyikan jumlah tersebut dari pandangan publik atau pengikut Anda, bukan menghapusnya dari data Anda.
Mengapa Instagram memutuskan untuk menyembunyikan jumlah like?
Alasan utama Instagram adalah untuk mengurangi tekanan sosial dan kecemasan yang dialami pengguna akibat perbandingan jumlah ‘like’. Mereka ingin pengguna lebih fokus pada berbagi konten yang autentik dan membangun koneksi yang bermakna, alih-alih berkompetisi untuk mendapatkan ‘like’ terbanyak. Ini juga bertujuan untuk mendorong kualitas konten yang lebih baik.
Bagaimana cara menyembunyikan jumlah like di postingan Instagram saya?
Ada beberapa cara: Anda bisa mengaktifkan pengaturan “Hide Likes and Views” di menu Privasi akun Anda (berlaku untuk semua postingan baru), atau Anda bisa memilih opsi “Hide likes and view counts on this post” di “Advanced Settings” saat mengunggah postingan baru. Untuk postingan lama, Anda bisa mengetuk ikon tiga titik di atas postingan dan memilih “Hide like count”.
Apa dampak “hidden like” bagi influencer dan merek?
Dampak utamanya adalah pergeseran fokus dari vanity metrics (jumlah ‘like’) ke metrik engagement yang lebih dalam seperti komentar, simpanan, bagikan, dan traffic website. Ini mendorong influencer dan merek untuk menciptakan konten yang lebih berkualitas dan autentik, serta berinvestasi pada alat analisis yang lebih canggih untuk mengukur ROI kampanye mereka secara lebih akurat.
Apakah fitur “hidden like” wajib diaktifkan oleh semua pengguna?
Tidak, fitur “hidden like” adalah opsi yang bisa Anda aktifkan atau nonaktifkan sesuai preferensi Anda. Instagram memberikan kendali penuh kepada pengguna untuk memutuskan apakah mereka ingin menyembunyikan jumlah ‘like’ pada postingan mereka atau tidak.
Bagaimana cara mengukur keberhasilan konten tanpa jumlah like yang terlihat?
Fokuslah pada metrik engagement lain yang lebih bermakna seperti jumlah komentar, berapa kali postingan disimpan (saves), berapa kali dibagikan (shares), jangkauan (reach), tayangan (impressions), dan traffic yang diarahkan ke website Anda. Instagram Insights dan alat analisis pihak ketiga seperti Socialbakers atau Hootsuite dapat membantu Anda melacak metrik-metrik ini secara mendalam.
Apakah platform media sosial lain juga menyembunyikan like?
Instagram adalah salah satu yang pertama mengimplementasikan fitur ini secara luas. Namun, tren untuk mengurangi tekanan sosial dan fokus pada kesehatan mental di media sosial semakin meningkat. Beberapa platform lain mungkin sedang bereksperimen atau akan mempertimbangkan fitur serupa di masa depan, memberikan lebih banyak kontrol kepada pengguna atas tampilan metrik popularitas.
Secara keseluruhan, “hidden like” adalah lebih dari sekadar perubahan kecil pada antarmuka pengguna Instagram. Ini adalah langkah strategis yang mencerminkan evolusi kesadaran kolektif tentang dampak media sosial pada kesejahteraan kita. Bagi pengguna, ini adalah kesempatan untuk kembali ke esensi berbagi dan terhubung secara autentik. Bagi pemasar dan influencer, ini adalah panggilan untuk berinovasi, fokus pada nilai sejati, dan membangun strategi yang lebih cerdas dan berkelanjutan di era digital yang terus berubah. Pertanyaannya sekarang, bagaimana Anda akan memanfaatkan perubahan ini untuk menciptakan pengalaman digital yang lebih baik?